TemaNda pernah merasakan kehilangan orang terkasih?

Bila iya, tentu juga pernah merasakan bagaimana beratnya menjalani hari setelah kehilangan orang terkasih. Menerima kenyataan dunia hari ini tidak akan lagi sama. Lalu mencerna bahwa konsep berpikir kita perlu mengadaptasi dunia baru ini. 

Perpisahan ataupun kepergian orang terkasih adalah momen-momen yang membekas dalam ingatan kita. Ketika terjadi, hal tersebut akan  mengajarkan kita tentang kerapuhan dan keunikan dalam perjalanan hidup. Bagi sebagian orang, momen-momen tersebut menjadi luka bahkan trauma yang tak terlupakan, menuntun mereka dalam perjalanan menuju penyembuhan dan kembali kepada kehidupan. 

Film "Ketika Berhenti di Sini" hadir dengan cerita yang mengusung konsep AI sebagai katalis dalam mengatasi perasaan-perasaan sulit terutama bagi yang pernah mengalami pedihnya kehilangan. Enam Agustus 2023 lalu Manda berkesempatan mengikuti nonton bareng film ini di XXI Braga Citywalk. Berikut rangkuman film dan cerita pengalaman menontonnya.


Profil Film

  • Judul : Ketika Berhenti di Sini
  • Sutradara : Umay Shahab
  • Penulis : Alim Sudio, Umay Shahab, Monty Tiwa
  • Genre : Romance, Drama
  • Durasi : 1 jam  42 menit
  • Tanggal Rilis :  27 Juli 2023 
Ketika Berhenti di Sini
Ketika Berhenti di Sini (Sumber Foto : Sinemaku pictures)

Pemeran

  • Prilly Latuconsina sebagai Anindita Semesta (Dita)
  • Bryan Domani sebagai Ed
  • Refal Hady sebagai Ifan
  • Lutesha sebagai Untari
  • Sal Priadi sebagai Awan
  • Cut Mini Theo sebagai Ibu Dita
  • Widyawati sebagai Oma
  • Satrya Ghozali sebagai Bang Zail
Pemeran Film Ketika Berhenti di Sini
Pemeran Utama (Sumber Foto : Sinemaku pictures)

Kisah yang Disajikan

Film ini mengisahkan perjalanan Dita (diperankan oleh Prilly Latuconsina), seorang creative designer yang berusaha membangun kembali hidupnya setelah kematian ayahnya. Dia tenggelam dalam rasa bersalah dan tidak mampu menerima kenyataan. Rutinitasnya menjadi monoton: makan, kuliah, menggambar, dan berjumpa dengan teman. Namun, di sampingnya selalu ada Ifan (Refal Hady), Untari (Lutesha), dan Awan (Sal Priadi) memberinya dukungan. Mereka sudah bersahabat sejak masih di bangku sekolah.

Kehidupan Dita yang datar mendadak berubah saat ia bertemu dengan Ed (Bryan Domani). Cinta tumbuh di antara mereka dan Dita merasakan kebahagiaan kembali. Namun, kebahagiaan ini tak bertahan lama. Empat tahun kemudian, hubungan mereka mengalami keretakan. 

Hubungan renggang dan mereka mulai sering selisih paham. Sampai pada suatu malam mereka bertengkar hebat, dan pada saat itu Ed meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan. Dita harus sekali lagi menghadapi rasa kehilangan dan trauma.

Teknologi AI dan Perjalanan Kembali

Tiga tahun berlalu setelah kematian Ed, Dita menerima sebuah hadiah dari Ed melalui Bang Zail, sahabat Ed dan seorang ahli reparasi komputer. Bang Zail menyampaikan hadiah dari Ed, sebuah kacamata dengan teknologi AI. 

Surprisingly, saat dita mengenakan kacamata tersebut, Ed muncul sebagai asisten virtual yang menyerupai manusia. Dita merasakan hadirnya Ed kembali dalam hidupnya, meskipun hanya sebagai AI. Namun, perbedaan antara realitas dan dunia maya semakin kabur bagi Dita.

Filosofi Mandala

Mandala sering dipandang sebagai representasi dunia atau kosmos dengan pusat yang mencerminkan perpaduan yang harmonis antara diri dan lingkungan sekitar. Lambang lingkaran dalam mandala melambangkan keseluruhan. Di sisi lain, simbol persegi melambangkan keseimbangan dan harmoni. Dalam pola lingkaran dan persegi ini, garis-garis lurus menghubungkan komponen-komponen yang memiliki sifat-sifat berlawanan, seperti cinta dan benci, kemarahan dan ketenangan. Komponen-komponen ini mencerminkan berbagai fase kehidupan manusia, mulai dari perasaan kebencian dan kasih yang saling berdampingan. Dari kemarahan yang membara hingga ketenangan yang menjadi puncak fase manusia dalam meraih kedamaian.

Jadi, sebetulnya filosofi mandala mengajak manusia untuk menyatukan kembali kesadaran yang sebelumnya terpecah-belah menjadi berbagai komponen, sehingga mencapai keserasian dan harmoni.

Nah di film ini dikemas menggunakan filosofi mandala. Setiap bagian filmnya mencerminkan empat fase kehidupan Dita. Setiap fase memiliki makna dan tantangan tersendiri: keserakahan, cinta, amarah, dan kedamaian. Mandala mengajarkan harmoni antara diri sendiri dan lingkungan, seiring dengan perjalanan hidup yang penuh dengan kehilangan, perpisahan, dan kesempatan baru.

Akting Totalitas Prilly
Akting totalitas Prilly (Sumber foto : Sinemaku pictures)


Pengalaman Manda menonton film ini di Bioskop

Bersyukur sekali berkesempatan menonton film ini di bioskop secara langsung bersama teman-teman dari Bloggerhub. Karena emak anak dua kan agak sulit ya untuk nonton bioskop. Dan pengalaman nonton film ini tuh jujur subjektif banget. Sampai akting para pemerannya terasa blurry efek dari konsep cerita dan dialog yang terasa sangat real.

Kenapa? Ya karena Manda pernah merasakan kehilangan yang sama. Kehilangan orang tua, kehilangan orang terkasih, dan kehilangan secara mendadak. Jadi film ini memang triggering bagi pemilik luka dan pengalaman yang sama. Tapi tidak sampai di situ, di ending kita disuguhkan cara melepaskan dan mengikhlaskan dengan sangat indah. Mungkin di luar sana, saat ini, banyak Dita lain yang masih menggenggam luka itu dan belum beranjak dari waktu itu. Bisa jadi film ini mereka butuhkan untuk juga bersama bergandengan tangan. Untuk tetap berjalan meski luka itu tidak kunjung sembuh.

Karena, yang hidup harus tetap hidup, dengan versi terbaik sampai waktu kita berkumpul kembali. Jadi intinya, kalau mau nonton ini jelas lah harus bawa tisu ya!

SHARE 5 comments

Add your comment

  1. Memang tema tentang Gamon (gagal move on) menjadi topik yang menarik untuk diangkat ke layar lebar, karena setiap orang pasti pernah merasakannya. Termasuk saya😹

    ReplyDelete
  2. Aku nonton film inii dan berhasil bikin nangis terus wkwk. Konsepnya bagus. Aku baru ngeuh lebih jelas tentang filosofi mandala ini dari artikel ini. Makasiih

    ReplyDelete
  3. Bener kak, bagian yang menarik tuh filosofi mandalanya wkwk. Habis nonton film ini aku kadang mikir sekarang lagi di arah mata angin mana yaa:v

    untuk filmnya baguss, aku agak gak expect karena nih film emang pemerannya orang dalam bahkan yang merintis productionnya. tp ya akhirnya nonton karena liat acting nangis prilly wkwk

    ReplyDelete
  4. Di mindset ku kalau ada Prilly bagus film nya. Dan, aku pikir ini iklan kacamata soalnya kan si bobot ceritanya ya ada di teknologi kacamata itu. Ini slowing burn sih filmnya :')

    ReplyDelete

© Alienda Sophia · THEME BY WATDESIGNEXPRESS