Hai hai TemaNda!
Ini bukan sengaja jadi jarang nulis akhir-akhir ini. Tapi menjelang usia 6 bulan, pendampingan bayi tuh jadi lebih memakan waktu dan pikiran. Gak perlu bahas tenaga ya, karena punya bayi sduah pasti menguras tenaga. Tapi memang apa sih yang bikin menjelang 6 bulan ini lebih menguras?
Yes, MPASI!
MPASI itu bukan sekadar fase makan. Buat banyak ibu baru, atau ibu lama anak baru seperti Manda, ini juga fase penuh kebingungan, trial and error, stres karena anak GTM, sampai tekanan sosial soal “Anak kamu udah makan apa aja?” Dan seringkali, di tengah semua keribetan itu, yang paling sering dilupakan adalah… Me! Alias, diri sendiri.
Kalau kamu merasa makin hari makin gampang meledak, capek terus, bahkan kadang cuma bisa nangis di kamar mandi sebentar sebelum lanjut ngurus anak lagi—kamu nggak sendiri. Sekitar 8 tahun lalu, Manda juga sempat merasakan fase "meledak" yang lalu akhirnya butuh penanganan medis, terapi obat. Berbekal pengalaman sebelumnya, di anak ketiga ini Manda memutuskan untuk lebih banyak belajar, learn and unlearn, guna menjaga diri tetap waras. Dan kabar baiknya, ada satu cara kecil yang bisa bantu kita tetap waras : menulis.
Kok Bisa Menulis Membuat Ibu Lebih Tenang?
Menulis di sini gak selalu dalam arti membuat novel atau blog panjang, tapi cukup nyatet isi hati, kejadian seharian, atau bahkan perkembangan bayi yang kita alami. Banyak ibu menyebut kegiatan ini dengan berbagai istilah. Contohnya Sunglowmama blog yang menyebutnya sebagai journaling untuk ibu sibuk, dan manfaatnya luar biasa, antara lain:
1. Melepas Beban Mental
Kadang kita terlalu capek untuk ngobrol, bahkan sama pasangan sendiri. Tapi dengan menulis, kita bisa ngobrol sama diri kita sendiri. Apa yang nggak bisa kita ucapkan, bisa kita tulis.
2. Menjadi Tempat Mengatur Pikiran
MPASI itu bukan cuma soal masak dan suapin. Ada riset resep, nyusun menu mingguan, dan nyocokin dengan stok ASI. Semua ini bisa buat otak penat. Menulis membantu kita membuat perencanaan dan menyusun prioritas tanpa harus semuanya disimpan di kepala.
3. Tracking Perkembangan Anak
Pernah lupa anak terakhir makan ikan kapan? Atau makanan apa yang membuat dia alergi? Nah, Journaling bisa jadi alat catat harian yang akan sangat berguna di kemudian hari, baik buat konsultasi dokter maupun sekadar refleksi.
Journaling Gaya Ibu Sibuk: Harus Cepat, Praktis, Realistis
Kita tidak perlu beli buku lucu atau pakai spidol warna-warni kayak di Pinterest. Tidak perlu juga nunggu momen "sempurna" buat mulai. Gunakan yang ada aja bisa buku tulis sisa dari zaman sekolah, aplikasi catatan di HP, bahkan voice note kalau kamu tipe yang mager nulis tapi banyak isi kepala. Journaling itu bukan soal tampilan estetik, tapi soal niat untuk hadir dan terhubung dengan diri sendiri.
Tidak perlu mikir harus nulis panjang, rapi, apalagi indah. Kadang satu kalimat aja udah cukup buat jadi penyalur emosi hari itu. Yang penting, konsisten. Bukan berarti harus tiap hari, tapi coba kasih ruang kecil secara rutin, sekecil 5 menit pun nggak apa-apa. Karena di tengah kesibukan mengurus bayi, rumah, dan mungkin pekerjaan, kamu juga butuh tempat untuk sekadar 'bernapas' dan Journaling bisa jadi ruang aman itu.
Berikut gaya Journaling sederhana untuk ibu sibuk:
1. 3 Kalimat Sehari
Contoh:
- Hari ini masak bubur ayam. Anak cuma makan 3 sendok.
- Aku sempat nangis karena capek, tapi lega setelah tidur siang bareng bayi.
- Target besok: coba puree labu dan minum air lebih banyak.
2. 1 Hal Disyukuri
Contoh:
- Syukur Alhamdulillah hari ini anak pup lancar.
- Suami libur, jadi bisa bantu mandiin baby, dan aku bisa makan dengan tenang.
3. To-do List Ringan
Contoh:
- Rebus kaldu ceker
- Jemur baju bayi
- Minum vitamin
4. Sekedar Mengumpat
Tolong bagian ini ga perlu dihakimi, tapi dalam kasus Manda kadang ada rasa kesal yang tidak tersalurkan. Saat ini terjadi, menuliskan kekesalan secara gamblang tanpa filter, surprisingly membuat hati lebih lega. Ya setelahnya tinggal dihapus dan jangan lupa ber-istighfar ya!
Meski Tidak Setiap Hari, Tapi Jangan Terlalu Lama Vakum
Ada hari-hari di mana kita merasa, “tidak ada waktu nulis.” Bangun tidur langsung disambut tangisan bayi, lanjut masak MPASI, nyuci peralatan makan, nyusuin, main, dan belum tentu sempat mandi dengan tenang. Gpp banget kalau sesekali tidak sempat buka jurnal atau nulis satu kalimat pun. Yang penting, kita tidak terlalu lama berhenti.
Ingat, journaling itu bukan beban tambahan. Anggap aja seperti rutinitas kecil, kaya cuci muka sebelum tidur atau nyemil cokelat pas anak lagi bobok siang. Sesuatu yang kita lakukan bukan karena harus, tapi karena kita layak punya ruang kecil untuk diri sendiri. Ini bukan tentang hasil, bukan tentang tulisan indah, tapi tentang kehadiranmu buat dirimu sendiri.
Biar makin gampang dan tidak bingung mau nulis apa, berikut beberapa ide isi jurnal yang relevan untuk ibu MPASI, yang bisa kita jadikan referensi:
- Makanan yang dicoba hari ini dan reaksinya
- Mood bayi selama makan
- Mood kita selama hari itu
- Hal paling sulit hari ini
- Apa yang membuat kita merasa bangga sebagai ibu
- Hal kecil yang kita syukuri
Bonusnya, Journaling Bisa Membuat Kita Ingat Betapa Hebatnya Diri Ini
Saat nanti kita buka kembali tulisan-tulisan kecil yang pernah dibuat, entah itu catatan tentang menu MPASI pertama, hari-hari saat si kecil menolak makan, atau momen ketika kita merasa sangat lelah—kita akan menyadari satu hal penting: “Wah, ternyata kita sudah sejauh ini. Sudah melewati banyak hal yang dulu terasa begitu berat.”
Journaling bukan hanya tempat menuangkan keluh kesah, tapi juga cara kita menghargai proses. Sebagai ibu, sering kali kita terlalu fokus pada kebutuhan anak, sampai lupa melihat betapa banyak yang sudah kita lakukan. Padahal, dari bangun pagi paling duluan, membuat menu sehat, menyuapi dengan sabar, hingga menenangkan anak saat rewel semua itu adalah bentuk cinta yang luar biasa.
Melalui tulisan-tulisan harian, kita akan diingatkan bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Perjalanan kita memang tidak selalu mulus, tapi setiap langkah kecil hari ini sedang membentuk kenangan indah, baik untuk anak, maupun untuk diri kita sendiri. Journaling adalah cara untuk pause sejenak dan berkata dalam hati: “Terima kasih ya, diri sendiri. Kamu hebat, kamu sudah berjuang sejauh ini.”
Penutup: Menjadi Ibu Itu Tidak Harus Sempurna, Cukup Sadar
Menjadi ibu bukan lomba siapa yang paling kuat atau paling bisa multitasking. Tapi tentang bagaimana kita bisa sadar dan hadir di setiap momen walau kecil, walau lelah. Dan journaling adalah salah satu cara untuk tetap terhubung dengan diri sendiri, agar kita tidak hilang di tengah rutinitas dan tekanan MPASI.
Yuk, mulai catat hari ini. Agar kita bisa bilang ke diri sendiri: “Aku tidak sempurna, tapi aku sadar. Dan aku cukup.”
Iya Mbak. Menulis itu membantu kita agar fokus juga. Kalau pengalaman saya pribadi, ketika tahu hari itu akan padat dan sibuk, menyempatkan journaling membantu banget biar mumetnya hilang dan moodnya balik lagi
ReplyDeleteMakjleb banget paragraf penutupnya. MENJADI IBU ITU TIDAK HARUS SEMPURNA, CUKUP SADAR. Karena apa pun alasannya, ibu juga adalah manusia dengan segala keterbatasannya. Lembut dan pahami diri sendiri mudah-mudahan jadi sebuah kesadaran yang membuat ibu selalu "membumi". Saya sudah puluhan tahun mengerjakan journalin. Sudah puluhan buku tersusun rapi di rak buku. Terkadang isinya tulisan singkat, quote, lirik lagu, dan daftar referensi. Saya kasih sticker lucu2 bahkan beberapa diantaranya saya kasih gambar kecil2 yang saya bikin sendiri. One of my best self healing pastinya.
ReplyDeletesetuju banget dengan kalimat, "Menjadi Ibu Itu Tidak Harus Sempurna, Cukup Sadar". :)
ReplyDeleteJurnaling ini bakal bagus hasilnya karena terstruktur
ReplyDeleteDan kalo dibundel, trus dibaca anak-anak kita di kemudian hari
Mungkin bakal jadi cerita lucu, manis, sedih dan lainnya
Karena ingatan kita terbatas, dengan ditulis pengalaman itu abadi
Semangat ibu MPASI..semoga sehat selalu ibu dan dedek bayi
ReplyDeleteSetuju jika journaling adalah salah satu cara untuk tetap terhubung dengan diri sendiri, agar kita tidak hilang di tengah rutinitas dan tekanan di keseharian
Ada banyak hal yang kadang menekan ibu yang sedang melewati masa-masa MPASI untuk bayinya. Mulai dari menu, respon bayi terhadap makanannya, sampai ibu-ibu lain yang julid.
ReplyDeleteMeski, kita mencoba untuk masa bodoh sama ibu-ibu julid itu, tetap saja bisa jadi pemicu untuk kita meledak.
Sehingga, menulis journal akan sangat membantu untuk release semua hal yang mungkin menekan diri. Ibu tetap tenang melalui masa MPASI bayinya dan juga bahagia.
Selamat Mpasi anak ganteng, yang pinter ya
ReplyDeleteJangan sering-sering GTM
biar Manda nggak stres, hahaha
Setuju banget!! Journaling itu bukan tentang gaya-gayan atau supaya kita jadi sempurna dengan mengutuk ketaksempurnaan. Justru ketika journal lama itu dibaca kembali, maka akan ada rasa, "oalah aku ternyata begina begini ya dulu," atau sesederhana, "oalah aku ini sek normal to. Tiap hari masih punya emosi naik turun." Dari journaling yang ala-ala remaja (Dear diary.. :D ) kita jadi bisa mengurai emosi sendiri dan lebih utuh dari hari sebelumnya. ;)
ReplyDeleteMasa kasih MPASI ke anak memang challenging dan kadang bikin mumet ya Kak. Apalagi kalau anaknya picky Eater. Nahh daku masih nulis kalimat pendek tiap hari tapi gak di jurnal / diary. Nulisnya di app threads. Seru lho.
ReplyDeleteSemangat selalu bagi seluruh ibu yang berjuang di fase mpasi anak (dan juga fase-fase lain). Ponakanku di rumah juga berada di situasi ini haha, walaupun aku nggak handle ponakan setiap saat cuma ya tahu strugglenya para ibu (dan orang-orang di sekitar) dalam upaya memberikan mpasi terbaik ke anak apalagi kalo lagi ada GTM :)
ReplyDeleteNah, soal journaling, ini juga yang aku selalu lakukan. Menulis itu bisa merilis stress. Makanya kalau para mom punya sesuatu untuk tetap waras, lakukanlah, seremeh apapun itu (dengerin kpop atau jajan mie tektek sendirian misalnya). ^^