Mengatur Uang di Usia 30-an Akhir, Saat Tagihan Datang dan Anak Mulai Remaja plus ada kedatangan Baby baru.
Hai hai TemaNda
Ada masanya hidup terasa kayak tarik ulur antara dompet dan kebutuhan. Di usia 30-an akhir, kita sudah cukup paham kalau uang bukan cuma soal angka, tapi juga soal rasa aman. Apalagi buat ibu-ibu, keuangan rumah tangga itu jadi semacam barometer tenang atau enggaknya hati sehari-hari. Rasanya baru kemarin kita sibuk belanja popok dan susu formula, eh sekarang tiba-tiba anak sulung sudah mulai remaja dengan kebutuhan yang berbeda.
Di satu sisi, tagihan rutin tetap setia datang tiap bulan: Kebutuhan rumah, cicilan, sampai biaya sekolah yang gak pernah kecil. Di sisi lain, anak-anak terutama yang mulai remaja punya keinginan baru yang kadang gak bisa kita abaikan. Dari mulai kelas tambahan, skincare pertamanya, sampai berbagai perintilan fashion yang biayanya gak sepele. Semua itu membuat kita semakin berpikir keras, gimana caranya uang yang ada bisa cukup buat semua.
Usia 30-an Akhir Bukan Lagi Soal Gaya Tapi Soal Bertahan
Kalau dulu di usia 20-an kita masih sering mikir “aku pengin beli ini itu biar kelihatan keren”, di usia 30-an akhir fokus kita berubah. Rasanya lebih ke “gimana caranya rumah aman, anak-anak terpenuhi kebutuhannya, dan masih ada cadangan buat darurat.” Kita sudah lebih bijak, tapi bukan berarti lebih gampang. Justru di fase ini, kita dihadapkan sama tanggung jawab yang lebih besar.
Kadang ada rasa ingin saat lihat orang lain posting liburan ke luar negeri atau belanja barang branded. Tapi cepat atau lambat kita sadar, di umur segini prioritasnya sudah beda. Bukan lagi sekadar pencitraan, tapi bagaimana keluarga tetap berjalan dengan sehat, tenang, dan cukup.
Saat seperti ini Manda suka sekali mampir di Blog gaya hidup juga blog tentang keuangan untuk mendapat berbagai ide juga masukan seputar cara mengatur keuangan.
![]() |
Pasukan Gemas - Allahumma Baarik |
Anak Mulai Remaja Kebutuhan yang Ikut Naik Level
Buat ibu yang punya anak remaja, keuangan jadi cerita baru. Kalau dulu kebutuhan anak masih bisa ditebak, popok sekian, susu sekian, sekarang enggak lagi. Remaja punya dunianya sendiri. Mereka mulai peduli sama penampilan, punya kegiatan sosial, sampai ikut tren aksesori atau fashion tertentu.
Kita sebagai ibu kadang dilema. Di satu sisi pingin kasih yang terbaik biar anak gak merasa ketinggalan. Tapi di sisi lain, kita juga sadar gak semua keinginan harus dituruti. Di sini lah seni mengatur keuangan sekaligus komunikasi diuji. Kita perlu belajar bilang “iya” di saat yang tepat, dan tegas bilang “nabung dulu” kalau memang belum jadi prioritas.
Baby El dan Segala Kebutuhannya
Seperti yang sebelumnya dibahas, kebutuhan bayi cenderung bisa ditebak. Biaya seperti popok, tisu basah, kapas, skincare bayi, rutin dikeluarkan. Walaupun tebakannya pun sudah pasti membuat rincian pengeluaran semakin panjang setiap bulannya. Apalagi di 2025 ini, perintilan bayi tuh banyak banget yang baru. Di saat Mysha bayi, belum direkomendasikan asupan vitamin D oleh dokter, tapi sekarang ini laksana Sunah Muakad. Pemberian vitamin D ini mulai direkomendasikan semenjak ibu mengandung, dan dilanjut pemberian pada bayi maupun ibu menyusui.
Ditambah lagi kebutuhan MPASI bayi yang kalau mau FOMO tuh ada aja alasan buat belanja online. Mulai dari beragam makanan fortif, kaldu juga minyak lemak siap guna, dan segala macam peralatan untuk memproses makanan bayi. Kalau gak kuat tahan godaan, bisa jebol bujet sebulan.
Untuk peralatan bayi Alhamdulillahnya Manda banyak terbantu dari teman dan saudara yang berbaik hati melungsurkan barang prelovednya. Ada juga yang memang sengaja memberi kado sesuai kebutuhan Manda.
Awalnya pas tau hamil tuh sempat kepikiran, gimana ya, soalnya semua perlengkapan bayi Nayyara dan Mysha tuh udah dilungsurin semua, ya karena memang dari awal berpikir dua anak dirasa cukup. Tapi saat berjalan, ada saja pertolonganNya, jadi memang gak banyak belanja selain kebutuhan bulanan bayi yang disebutkan tadi.
Saat awal melahirkan pun, semua kebutuhan dipentingkan yang wajib saja. Aqiqah tanpa pesta, khitan saat newborn, juga tanpa pesta. Ini sempat dikomentari beberapa kerabat, karena dirasa tidak sesuai tradisi, tapi balik lagi, gak perlu maksain, sesuai kesanggupan dan kesepakatan saja. Komentar na ni nu di luar cukup senyumin aja. Kalau gak gitu nanti bawaannya overthinking, gak perlu kan....?
Antara Tagihan dan Tabungan Perjuangan Setiap Bulan
Siapa sih yang gak pernah pusing lihat daftar tagihan? Apalagi kalau jumlahnya kayak lomba lari, makin bulan makin panjang. Cicilan kendaraan, asuransi, internet, sampai biaya sekolah anak yang kadang suka naik diam-diam. Rasanya penghasilan baru terkumpul, langsung menguap begitu saja.
Di tengah semua itu, kita masih harus mikirin tabungan. Karena kalau gak ada dana darurat, kita bisa panik sendiri saat ada kejadian tak terduga entah itu anak sakit, peralatan rumah rusak, atau kebutuhan mendadak lain. Masalahnya, nabung sering kali jadi urutan terakhir setelah semua kebutuhan pokok terpenuhi. Padahal justru tabungan itu yang nantinya menyelamatkan kita.
Strategi Kecil yang Bisa Membantu
Ngatur uang memang gak ada rumus bakunya, tapi ada beberapa strategi kecil yang bisa bikin kita lebih tenang, antara lain :
- Pisahkan rekening tabungan dan rekening belanja. Dengan cara ini, kita bisa memastikan tabungan gak terpakai buat kebutuhan harian.
- Catat semua pengeluaran. Sesimpel bikin catatan di HP, biar kita tahu uang lari kemana aja.
- Bikin prioritas. Bedakan mana kebutuhan anak yang benar-benar penting, mana yang cuma ikut tren.
- Libatkan pasangan. Uang rumah tangga bukan beban satu orang. Ajak diskusi, biar gak ada rasa “jalan sendiri” dalam urusan finansial.
- Ajari anak soal uang. Remaja sebenarnya sudah bisa diajak ngobrol soal finansial. Dari sini, mereka belajar bahwa uang ada batasnya, dan gak semua keinginan bisa langsung terpenuhi.
Belajar Ikhlas dalam Urusan Uang
Pada akhirnya, mengatur keuangan di usia 30-an akhir saat anak mulai remaja adalah proses belajar ikhlas. Ikhlas kalau ternyata kita gak bisa selalu terlihat sama dengan orang lain. Ikhlas kalau sebagian uang harus dipakai untuk hal-hal yang gak kelihatan, seperti bayar asuransi atau cicilan rumah. Ikhlas juga kalau anak sesekali kecewa karena permintaannya belum bisa dipenuhi.
Ikhlas bukan berarti pasrah tanpa usaha, tapi lebih ke menerima realita sambil tetap berjuang. Karena yang kita kejar sebenarnya bukan kemewahan, tapi rasa cukup dan tenang di rumah.
Keuangan Itu Soal Perjalanan
Kalau dipikir-pikir, perjalanan finansial ibu-ibu itu kayak naik roller coaster. Ada masa lega karena berhasil nyisihin tabungan, ada masa panik saat biaya mendadak muncul. Tapi dari semua itu, kita belajar. Belajar sabar, belajar peka, belajar menghargai hal kecil, dan belajar mengajarkan anak arti hidup yang sebenarnya.
Ngatur uang di usia 30-an akhir saat tagihan datang dan anak mulai remaja memang gak gampang. Tapi bukan berarti gak bisa. Dengan strategi kecil, komunikasi yang baik, dan hati yang ikhlas, kita tetap bisa jalan terus. Karena pada akhirnya, uang hanyalah alat. Yang paling penting adalah bagaimana kita menjaganya agar tetap jadi sumber ketenangan, bukan sumber pertengkaran.
Sebagai orang yang sedang strugling di usia 30 an awal, baca ini tuh berasa dapat bocoran dan pencerahan banget. Bener adanya terkait keuangan dan pengeluaran itu bikin banyak berpikir dan harus ada solusi nyata.
ReplyDeleteSoalnya kalau ada tabungan rasanya jauh lebih tenang dan tentram. Lain hal kalau pengeluaran dan pemasukan ngepas, aduh rawan kepikiran. Kebayang sih saat ini biaya hidup juga lumayan banget ya mba dan tips yang mba jabarkan sangat aplikatif juga nih makasih ya.
Aku setuju sekali soal keuangan Itu soal perjalanan. Apalagi dirimu dengan begitu banyak kebutuhan keluarga. Penutup tulisannya sangat epic.
ReplyDelete"Tetap jadi sumber ketenangan, bukan sumber pertengkaran."
Suka banget.
Aku yang usia kepala empat menuju lima ini, soal keuangan dah lah ya. Mau cerita entar panjang beth hihi. Memang benar tulisanmu kalau mengatur uang tidak ada rumus bakunya. Yang jelas ada satu variabel namanya "tiba-tiba" dan tidak semua orang punya kemampuan untuk bisa mengatur dengan baik. Seperti dalam tulisanmu diatas, iklas cara terbaik untuk tetap bisa berkata hidup itu baik.
Aku suka istilahnya keuangan itu soal perjalanan.
ReplyDeleteKarena aku merasakannya sendiri, dr yg banyak tabungan, bisa beli macem-macem waktu masih single, lalu kondisinya berubah saat udh double, triple, kwartet. Berubah lg saat anak2 mulai sekolah, dan naik tingkatan. Bener2 perjalanan yang berliku dan banyak rintangannya sih menutku, untuk mengatur keuangan di setiap masa kehidupan seseorang.
Btw, thanks sharing strateginya, bener-bener jadi reminder gimana cara manajemen keuangan agar bikin hidup lebih tenang dan terarah.
Iya ya, ketika si anak sudah mengerti uang, orangtua sudah bisa mengajari dan mencontohkan bagaimana mengelola keuangan. Dari yang namanya menabung, berhemat, dan tidak jelalatan ketika melihat barang sehingga latah hendak membeli, apalagi kalo ada diskon hehe
ReplyDeleteMengatur soal keuangan ini memang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Pastinya tiap orang tidak sama. Dan selalu jadi poin utama itu,pisahkan tabungan simpanan dengan tabungan kebutuhan. Dan Memnag pastinya harus ada dana darurat. Terus dahulukan kebutuhan baru keinginan
ReplyDeleteMengatur keuangan akan sangat mudah kalau ada duitnya haha :p
ReplyDeleteBener banget, makin anak gede makin ada ajaaa Ya Allah yang dikeluarin. Tapi percaya aja sih rezeki selalu ada aja, walau kadang ya pengennya tu ada yang disisihkan buat ditabung ya T.T
Suka OVT apa kelak bisa yaa nyekolahin anak2 sampai setinggi2nya, tapi bismillah aja deh. Pokoknya sekarang tu kurang2in hal yang gak penting ya. Fokusnya ke memenuhi kebutuhan dasar anak.
Lungsur2in barang lama juga gpp. Ini kadang anakku yang cewek juga suka nglungsurin barang2 kakaknya yang cowok =))
hahaha setuju mbaaa mengatur keungan akan terasa mudah jika ada uang nya yg harus kita atur...kalo gk ada gimana ngaturnya yg diatur aja gak ad hehe..just a joke ya mbaa...
DeleteTapi bener sie mengatur keuangan itu semacam perjalanan gak bisa terus berpatokan pada satu rumus karena kondisi kadang berubah dan setiap orang juga mempunyai rumus yang berbeda yang harus disesuaikan dengan keadaaanya...tidak ada yng baku dalam mengatur keuangan yang tau yang terbaik adalah diri kita sendiri
Iya, zaman sekarang mengatur keuangan itu perjuangan, apalagi in this economy, di mana banyak orang mode bertahan kecuali Uya Kuya dan teman-temannya hehe.. anakku sulung mau kuliah jadi lebih banyak pengeluaran, dan berhitung smeoga tabungan yang disiapkan untuk mereka sudah cukup untuk kuliah sambil cari job ngeblog mamaknya hihi Bismillah ada rezekinya ya.
ReplyDeleteKalau gak mengatur keuangan sejak sekarang bakalan bingung saat akhir
ReplyDeleteApalagi kalau misalnya harus mengeluarkan banyak uang untuk keperlua tak hanya keluarga inti
Pastinya butuh diatur supaya tetap bisa nafas lega ketika gaji/pendapatan rutin belum masuk lagi
Hmm... bicara uang sensitif memang hehe
Aku pun kadang iri kok mba dengan teman2 sebaya yg lebih sukses. Apalagi yang bisa kerja dan tinggal di LN.
ReplyDeleteTapi di usia sekarang, aku udah belajar utk paham rezeki orang ga akan sama. Dan sudah diatur.
Mungkin tabunganku ga sebanyak temen2ku yg sukses lain, tapi at least masih cukup. Trus aku pun mikir, kadang bentuk rezeki itu kan ga cuma harta yaa. Tapi juga dlm bentuk kebahagiaan, kesehatan, suami setia, itu juga berkah. Jadi aku ga ada alasan untuk itu dengan teman yg lain. Rezeki kita beda bentuknya.
Semakin disyukuri, Allah pasti akan menambah lagi rezekinya. Bisa jadi aku ga dikasih terlalu banyak, karena Dia tahu aku belum siap. Apapun ,berpikir positif selalu, terus berbagi, dan bersyukur. Buatku prinsip ini aja bisa bikin hidup tenang kok.
Nah iya bener, rezeki setiap orang berbeda. Ada istilahnya juga rezeki sudah tertakar ya. Disini tugas kita lebih ke mengelolanya dengan baik. Aku suka istilah yang Manda bilang nih terkait mengatur keuangan adalah sebuah perjalanan dan banyak proses belajar.
DeleteLalu ditambahkan sama komentar mba Fanny terkait rezeki yang diterima di syukuri biar makin berkah. Mantap betul artikel dan komentarnya sangat insightful. Semangat mensyukuri dan mengatur rezeki.