Hai hai TemaNda!

Sehubungan dengan persiapan melahirkan tahun lalu, akhirnya hampir setahun Manda gak ketemu sama teman-teman Blogger Bandung. Kangen banget seru-seruan sama para penutur cerita yang keren-keren ini. Dan tepat di 20 November 2025 ini Manda berkesempatan untuk memenuhi undangan dari Blogger Bandung dalam acara Bedah Buku "BANDUNG" Kota Sejarah-Wisata-Renjana-Budaya-Kuliner. Acara ini juga diadakan oleh Komunitas Blogger Bandung sebagai bagian dari perayaan ulang tahun yang ke-10.

Dan lokasi acaranya? House of Tjihapit, sebuah tempat sering Manda dengar sebagai spot makan cozy penuh nostalgia di salah satu pusat spot kuliner Bandung, jalan Cihapit.

Yang menarik, begitu melangkah masuk, Manda langsung merasakan campuran aroma Soto Tangkar, suara obrolan seru khas kangen-kangenan para Blogger, juga ambience yang menciptakan rasa hangat. Selama kurang lebih tiga jam lamanya, penuturan para pengisi acara yang juga penulis buku, membawa kita semua yang hadir seolah terhanyut, ke dalam cerita sejarah, keistimewaan, dari kota cantik yang saat ini kita tinggali, BANDUNG.

Bedah Buku Bandung
Dokumentasi : @bagoesrinthoadi Arcom Media


Bandung adalah Kota yang Selalu Mengundang Kita Kembali

Kita semua tahu, Bandung bukan sekadar kota. Ia semacam ruang emosional yang menyimpan campuran rindu, nostalgia, dan kreativitas. Banyak musisi dari Mocca, Pidi Baiq, Yura Yunita, sampai Fiersa Besari menulis karya tentang Bandung. Bahkan sejak zaman Ismail Marzuki dan Wieteke van Dort, Bandung sudah jadi inspirasi.

Dan di buku ini, 23 blogger mencoba merekam Bandung dari perspektif mereka masing-masing perspektif yang sejujur-jujurnya, tidak dibuat-buat. Semua ditulis apa adanya, membacanya memberi kesan seperti kalau kita sedang bercerita sambil ngopi atau ngeteh, sangat mengalir dengan penuturan khas story telling.

Buku ini dibagi menjadi enam bab:

  • Bandungku
  • Bandung Kota Sejarah
  • Bandung Kota Wisata
  • Bandung Kota Renjana
  • Bandung Kota Budaya
  • Bandung Kota Kuliner

Menariknya, saat sekilah Manda baca, di bab “Bandungku” ada tulisan lawas dari Marquis Tokugawa, ilmuwan Jepang keturunan pendiri Shogun, yang pernah ke Bandung tahun 1929. Rasanya amazed aja sih, membayangkan bagaimana Bandung dilihat oleh mata asing hampir seabad lalu dan tetap memikat.

Suasana Diskusi  Hangat, Humble, dan Penuh Perspektif

Moderasi acara dibawakan oleh Raja Lubis, blogger Sunda yang dikenal aktif di Forum Film Bandung. Gaya beliau santai, tapi tetap rapi. Diskusinya jadi mengalir, jauh dari kesan formal yang tegang. Malah sangat cair dengan guyon-guyon santai ala Bang Raja.

Lalu ada empat pembicara yang membawa warna berbeda-beda:

1. Abah Raka Dari Sudut Pandang Sebagai Orang Bandung Asli 

Beliau adalah dosen Tel-U yang menulis tentang Bosscha. Yang Manda suka adalah saat Abah Raka memaparkan segala sejarah yang sebelumnya belum pernah Manda tau. Dan juga caranya menggabungkan ilmu dengan kenangan masa kecil di Bandung. Jadinya bukan hanya informasi, tapi juga sudut pandang asli dari orang Bandung, yang bagi saya si pendatang, terasa powerful.

2. Mas Nugi Traveler Pecinta Kereta Api dengan Sudut Pandang Orang Luar Bandung

Sebagai orang luar Bandung, asli Yogyakarta yang sering menjelajah banyak daerah, pemaparan tentang Stasiun Bandung terasa sangat tulus. Mas Nugi yang dikenal sebagai pecinta Kereta Api bahkan menceritakan bagaimana ia pernah naik Whoosh, dari Tegalluar sampai Padalarang saja, untuk melepas rasa rindunya pada kereta. Btw, apa perlu dicoba ya, Manda naik Whoosh juga dari Padalarang ke Tegalluar, abisnya penasaran juga belum pernah naik Whoosh, hehe.

3. Teh Tian Blogger Bandung dengan Pendekatan Hangat Ala Emak-emak

Beliau menulis tentang Bandros dan segala detailnya. Tadi Teh Tian menceritakan juga perbedaan tanda warna-warna pada Bandros. Ternyata beda warna Bandros itu menandakan beda peruntukan dan kepemilikannya juga lho. Cerita dari Teh Tian terasa penuh kehangatan khas Emak-emak, mengingatkan kita pada masa kecil naik bus kota atau angkot, bedanya kali ini lebih colorful dan fun. Menariknya Teh Tian menyematkan foto kenangan dengan anaknya yang saat itu masih kecil, dan saat ini sudah di jenjang sekolah menengah atas.

4. Bang Aswi Editor yang Merangkai Semua Cerita

Sebagai editor dari ITB Press, beliau menjelaskan dengan rapi bagaimana tulisan-tulisan ini, meskipun berbeda gaya dan tema, bisa saling melengkapi seperti puzzle raksasa tentang Bandung. Bang Aswi menyebut buku ini juga sebagai karya idealisnya, yang diedit tanpa menghilangkan kekhasan penulisnya, tapi tetap membuatnya konsisten dan enak dibaca.

Manda mendengarkan sambil sesekali mencatat kecil-kecilan di notes HP. Lucu ya, membaca buku itu pengalaman. Tapi mendengar langsung para penulis membahas prosesnya? Itu pengalaman lain yang jauh lebih hidup. Udah mulai nyesel rasanya gak jadi bagian dari antologi ini. >.<

House of Tjihapit Tempat yang Penuh Memori Diam-Diam

Sebelum hadir di acara ini, Manda hanya tahu House of Tjihapit sebagai resto cozy yang sering direkomendasikan orang. Tapi setelah dijelaskan sejarah lokasi ini, Manda seketika memandang ruangan dengan cara berbeda.

Cihapit, yang dulunya bernama Bloemenkemp, pernah menjadi kampung penjara untuk orang-orang Eropa pada masa pendudukan Jepang. Ada sekitar 14 ribu orang Belanda yang ditahan di sini. Mereka dipisahkan, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang tua. Disebut sebagai komplek penahanan, tapi menurut pemaparan, mereka juga mendatangkan hiburan di situ.

Sulit membayangkan hari-hari mereka saat itu… tapi justru di titik ini Manda merasa ruang acara ini seperti mengajak kita berdamai dengan sejarahnya.

Lokasi ini dulunya juga terkenal sebagai pemukiman sehat yang tertata rapi. Ada taman, ruang terbuka, dan pasar yang kini dikenal sebagai Pasar Cihapit, salah satu pasar favorit warga Bandung sejak puluhan tahun lalu.

Bayangkan, kita duduk di tempat makan yang cozy, tapi tanahnya menyimpan lapisan-lapisan sejarah yang tidak semua orang tahu. Rasanya seperti membaca bab baru dari buku lama. Sambil sesekali hidung ini digoda sesuatu yang membuat lidah mulai berdecak.

Aroma yang Menghangatkan dan Bikin Ngiler

Walaupun Manda tidak mencicipi langsung, aroma Soto Tangkar yang keluar dari dapur HoT terasa menggugah. Kuahnya yang tampak kaya rempah saat disiapkan memberi kesan comfort food khas masakan rumahan.

Begitu juga dengan Sop Djanda. Saat mangkuknya lewat di meja penyajian, kuah beningnya terlihat segar dan ringan, tipe hidangan yang cocok dinikmati di suasana Bandung yang adem.

Dua menu ini memang jadi andalan House of Tjihapit, dan dari aromanya saja Manda bisa paham kenapa banyak orang menjadikannya favorit.

Bandung Tidak Pernah Benar-benar Selesai Bercerita

Rangkaian acara ini membawa Manda pada kutipan lirik Fiersa Besari yang tertera di sampul buku, tentang bagaimana Bandung selalu menariknya untuk pulang. Dan Manda merasa itu benar sekali.

Bandung berubah setiap tahun wisata baru bermunculan, kuliner baru terus bertambah. Tapi di balik itu semua, Bandung tetap mempertahankan jejak lamanya: jalan kecil yang teduh, bangunan art deco yang cantik, pasar tradisional yang tak pernah tidur.

Buku “BANDUNG” bukanlah buku yang menjelaskan seluruh sisi Bandung. Tapi justru di situlah daya tariknya, karena ada ruang bagi pembaca, bagi warga, bahkan bagi pendatang untuk menuliskan ceritanya sendiri.

Manda pulang dari event itu dengan perasaan hangat, bukan hanya karena makanan atau diskusinya, tapi karena merasa jadi bagian kecil dari perjalanan panjang kota yang jadi rumah kita ini.

Dan mungkin, seperti Fiersa bilang, kita semua selalu akan punya alasan untuk kembali ke Bandung.

Oh iya, udah penasaran sama bukunya? Bagi yang berminat membeli, silakan memesan melalui website https://www.itbpress.id/product/bandung-kota-sejarah-wisata-renjana-budaya-kuliner/ 

SHARE 10 comments

Add your comment

  1. Aku baca tiga nama teratas, langsung angkat topi si. Ya Allah, temen-temen bloggerku memang keren-keren yaa.. Gak salah kalau akhirnya mereka bisa bersinergi dan membuat sebuah buku, membahas satu daerah pula, sesuai hobi mereka. Kereeeeen..

    Ya Allah, kalo daku kapan ya? hahaha

    ReplyDelete
  2. Bener banget .. Bandung tuh kota kenangan, dan kota yang bikin siapapun ingin kembali. Suamiku sendiri eprnah tinggal di Bandung 3 tahun, dan paling senang juga kalau ada acara kedinasan yang diadakan di Bandung. Katanya kalau kerja bisa sambil muter kenangan... 😂

    Dan acara Bedah bukunya tuh seru banget. Nggak cuma ngundang penduduk asli Bandung, tapi pendatang. Jadi memperkaya sudut pandang kotanya juga.. ❤️❤️❤️

    ReplyDelete
  3. Ah aku jadi kangen bandung. Dulu pas anak anak kecil, sempat main ke sana. Ketemu teh Shanty, bunda intan dan teh lendy.
    Senang ya klo ada acara bedah buku gini. Sekalian ngumpul sama temen-temen

    ReplyDelete
  4. Aaakkk baca ulasan ini auto kangen Banduuungg
    mupeng bangettt berkunjung ke kota cantik (tapi macet kalo weekend) ini

    Trakhir tahun laluuuu.
    aku mauu ke Bandung lagiiii

    ReplyDelete
  5. Menurutku spt hal nya jogja, bandung selalu mengajak orang untuk kembali..meski saya sendiri blm benar2 mengeksplore kota Bandung tapi krn itulah selalu ada harapan untuk bisa kembali kesana apalgi jika melihat dan membaca berbagai cerita tentang kota Bandung...
    Btw aku belum paham dengan bandung kota renjana itu maksudnya apa ya mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget mbak Eryka. Makanya list liburanku dari dulu tuh itu-itu aja, hahaha. Kalo nggak Bandung, ya Yogyakarta. Nggak bosen-bosen lho rasanya, seakan dipanggil lagi dan lagi. Selalu ada sebuah perasaan ingin datang lagi di waktu yang berbeda. Apalagi kalo naik kereta, duuuhh pemandangannya ciamik sekali.

      Delete
  6. Aku belum pernah ke Bandung
    Entah kapan terwujud
    Cita cita dari kecil tapi belum kesampaian nih padahal saya sudah punya tiga anak
    Masih belum dimudahkan langkahnya
    Bedah buku seperti ini tuh nambah banyak wawasan tak hanya terkait sejarah bukunya

    ReplyDelete
  7. Bandung memang tidak pernah selesai bercerita, terbukti dengan kolaborasi penulis dengan sudut pandang berbeda melahirkan rasa yang membawa pembaca akan rindu datang dan menikmaatinya.

    Dengan datang, Bandung makin senang bercerita dengan perubahan-perubahan yang ada. Melalui anak-anak kreatif daerah sendiri atau perantau, sampai saat ini Bandung berhasil memikat hati banyak insan. Bandung memang semanis itu.

    ReplyDelete
  8. Waaah keren2 nih Blogger Bandung, salah satu komunitas blogger yang keknya paling sering kumpul2 dan juga produktif nih.
    Seru banget membedah buku kyk gitu tentang Bandung. Aku jadi penasaran sama bukunya mbak.
    Duh jadi kangen Bandung. Aku aja baru nyobain bandros pas liburan tahun lalu saat ke Bandung. Dulu aku kira makanan apaan sih Bandros bandros ternyata semacam bus wisata gituu :D
    Baru tahu juga nih daerah Cihapit, ternyata ada kisah sejarah pada masanya yaa. Menarik pastinya membaca dan mengulik bukunya :D

    ReplyDelete
  9. aku hadir kaka di acara kemarin , Bandung sendiri itu cerita bagi semua orang , entah itu orang asli bandung, atau pendatang. Aku bangga jadi orang Bandung , tidak habis diceritakan orang, penullis di buku bandung ini juga ada yg bukan asli bdg , tapi nulis tentang bandung nya keren

    ReplyDelete

© Alienda Sophia · THEME BY WATDESIGNEXPRESS