TemaNda pernah terluka? Sepertinya semua orang pernah terluka ya. Tentunya setiap manusia pernah merasa hidupnya berada di titik terendah. Juga pasti setiap individu terbiasa mengalami kekecewaan dalam hidup. Termasuk kita yang sudah menjadi orang tua. Bahkan pada beberapa kasus ada orang dewasa yang tidak menyadari luka yang ia miliki, hingga harus menghadapi luka tersebut di kemudian hari.

Luka ini biasa dikenal dengan sebutan trauma, innerchild, unfinished bussines, apapun, you name it. Ada juga yang terbiasa mengasosiasikan dengan buah yang membusuk dan selalu kita bawa kemanapun kita pergi. Ada pula yang menggambarkannya sebagai lubang besar dalam hati kita. Ya, bisa berupa apapun, tapi satu yang pasti, saat disentuh, itu terasa sangat menyakitkan.

Penyebab luka sendiri tentu bisa disebabkan oleh berbagai hal dan cara. Misalnya saja luka bentakan, luka pengabaian, kekecewaan berulang, penghinaan, kekerasan, pelecehan, dan masih banyak lagi. Semua itu seperti bentuk Puzzle yang tercabut dari tempatnya, tidak akan bisa tertutup dengan bentuk lain dan menyisakan rongga.

Berdamai dengan luka masa lalu Bunda
Berdamai dengan luka masa lalu Bunda 


Pelaku yang membuat luka itu pun bisa siapa saja. Mulai dari orang asing yang tidak pernah kita temui, atau bahkan orang terdekat yang benar-benar kita cintai. Bentuk dan dampaknya pun bisa bermacam-macam hasilnya.

Lalu saat terlanjur luka, kita perlu bagaimana? Tentunya disembuhkan. Bisa sembuh? Berbeda dengan luka fisik, luka jiwa ini bertahan selamanya tapi bisa dibawa dengan damai.

Berdamai dengan luka masa lalu

Setiap kita terutama para Bunda pasti ingin merasakan yang namanya mengasuh anak dengan damai. Bukan menjadi Bunda emosional yang penuh luka dan membebankan luka tersebut pada anaknya. Tapi bagi Bunda yang belum berdamai, tentu hal itu bukanlah semudah membalik telapak tangan. Ada dampak refleksi masa lalu yang kerap terseret dalam setiap langkah.

Tapi tenang, Manda juga mengalami hal serupa, dari setiap pembelajaran sekarang akan coba dituangkan ke dalam tulisan ini.

Masa lalu adalah bagianku di masa kini

Saat menerapkan pola pikir ini ke dalam pikiran Manda, semua rasa amarah yang biasa hadir terasa lebih lapang. Saat kita memahami semua yang menjadi masa lalu adalah proses untuk membuat kita seperti sekarang, kita jadi lebih mampu menghargai. Menghargai luka, menghargai proses yang dilalui setelahnya, menghargai bagaiman bisa setahap lebih baik, hingga menjadi bentuk baru dari diri kita.

Bibi Manda pernah berkata, kita adalah sebuah berlian, yang diasah sedemikian rupa untuk menjadi bentuk yang indah. Proses penempaan sebuah berlian tidak mudah, menyakitkan, dan bisa jadi penuh noda. Tapi terus menerus diproses hingga saat kita tersadar, kita mampu memancarkan kilau. Pancaran kilau yang tidak sama dengan orang lain.

Berhenti menyalahkan keadaan ataupun orang lain

Ketika kita mengingat luka di masa lalu, sering kali kita tidak dapat menahan diri untuk menyalahkan keadaan, orang lain, ataupun diri kita pada saat itu. Rasa tidak berdaya yang masih teringat jelas menghadirkan bulir penyesalan yang kian membesar saat kita mencoba bersinggungan dengannya.

Tapi silahkan dicoba, berhenti menyalahkan dan mulai menghargai. Mudah? Tentu tidak!

Bila kita menganggap waktu akan mengobati luka, Manda kurang setuju. Bagi Manda, waktu ada untuk sebuah kesempatan bagi kita berdamai dengan luka. Berapa lama yang kita butuhkan untuk berdamai berbanding lurus dengan kemampuan dan keinginan kita untuk bangkit. Usaha tidak akan mengkhianati hasil? Bisa iya dan bisa tidak. 

Ada luka yang bisa didamaikan dengan lupa, digantikan hal baru. Ada pula luka yang bisa didamaikan dengan menyentuh secara utuh luka tersebut.

Hadapi luka dengan berani

Keberanian, tidak semua orang memiliki kemewahan untuk bisa bersikap berani, termasuk pada lukanya sendir. Hal ini karena luka setiap orang kadarnya berbeda. Ada yang perlu menghindar agar tidak bersinggungan dengan luka hingga ia merasa sudah lebih siap. Ada pula yang memang bisa langsung dihadapi dengan kejujuran dan kesempatan.

Saat pada akhirnya kita mampu menghadapi luka itu, jangan gentar. Saat justru menambah luka baru, tidak apa-apa. Setidaknya untuk kali kedua kita mampu menasehati diri kita dengan lebih bijak. Bila dirasa tidak sanggup, mintalah bantuan. Baik itu bantuan profesional maupun kerabat dekat.

Kenali emosi diri

Luka menghasilkan emosi yang terkadang lupa untuk kita definisikan. Ada emosi yang kita tidak pahami datangnya dari mana. Manda dulu kerap menerka-nerka apa yang membuat diri ini begitu inferior saat dihadapkan dengan suatu kondisi khusus.

Tapi saat ini Manda mulai belajar mengenali diri dan emosi yang biasa dirasakan. Hal sederhana, saat pagi hari Manda mulai pusing dan sensitif, Manda ingat kembali, apa sudah sarapan? Bila sudah sarapan, apa sudah cukup konsumsi air? Bila sudah minum, apa tanggal periode haid sudah dekat?

Lalu bila terasa sedih, kenapa bisa sedih? Apa ada hal yang membuat kecewa? Apa ada jadwal yang tertinggal? Apa pekerjaan terlalu menumpuk? 

Saat menemukan alasan silahkan beri nama emosi tersebut. "Oh aku lagi marah karena tadi ada yang tidak sesuai dengan keinginan dan membuat kecewa."

Sudah tahu emosinya, silahkan dicari cara menyelesaikan emosi tersebut. Sedih? Menangislah! Marah? Ungkapkan atau tuangkan dengan cara yang baik.

Terus seperti itu. Dilatih terus setiap hari, karena ini perjalanan seumur hidup. Sekali lagi Manda tekankan, itu tidak mudah.

Kita tidak bisa mengendalikan hal lain selain diri kita

Saat kita merasa emosi dan disebabkan oleh orang lain, ingatlah ini, "Kita tidak bisa mengatur situasi di luar, tapi kita bisa mengendalikan reaksi yang kita inginkan."

Bisa jadi orang lain merendahkan kita, ya, itu diluar kendali kita. Kita hanya bisa memutuskan apa yang akan kita lakukan. Balas merendahkan, marah, memaki, mengabaikan, atau mencoba berdamai dengan hal tersebut. Selalu pilih yang menurut kita terbaik dan lebih sedikit keburukannya.

Terus lakukan sampai kita terbiasa. Sampai otot emosi kita terlatih untuk dikendalikan.Terus semangat para Bunda.

Kenapa sih Manda membagikan ini semua di sini? Salah satunya sebagai pengikat ilmu. Selanjutnya untuk memberi peringatan pada diri sendiri bahwa usaha saat ini memiliki dampak bagi diri kita di masa depan, dan anak-anak kita kelak.

Keputusan yang kita pilih, entah untuk tetap terpuruk ataupun mencoba bangkit, memiliki efek bagi perkembangan diri kita di setiap harinya. Ingat kembali bagaimana waktu yang diberikan untuk kita sangatlah terbatas. Bahkan kita tidak pernah tahu kapan akan selesai.

Oleh karena itu, di sini Manda mau mencoba mengajak untuk bersama-sama berani. Berani untuk bertahan hidup satu hari lagi. Sekalipun untuk hidup itu dirasa sangat menantang, berat, dan terasa sangat terjal jalannya.

Pilih alasan kita

Saat kita memutuskan untuk bangkit, biasanya hal ini terjadi setelah kita mampu melewati tantangan terberat yang membuat kita jatuh ke dasar. Tentunya saat jatuh ada satu hal yang menjadi pilihan kita untuk bertahan. Genggam dan gunakan itu sebagai alasan untuk kita tidak terus jatuh.

Pilihan Manda adalah diri sendiri. Kedua adalah anak yang perlu senantiasa kita lindungi. Kalau TemaNda, apa alasan untuk tetap bertahan? Pilih ya, dan terima kasih untuk tetap bertahan sampai hari ini ya!


SHARE 0 comments

Add your comment

© Alienda Sophia · THEME BY WATDESIGNEXPRESS