Catatan ini Manda susun untuk dibaca kembali di kemudian hari...
Masa pra remaja itu unik. Anak perempuan yang tadinya ceria, gampang diajak ngobrol, tiba-tiba bisa jadi pendiam, sensitif, atau gampang marah tanpa alasan yang jelas. Kadang kita sebagai orang tua sampai bertanya-tanya, “Baru aja tadi ketawa, kok sekarang diam seribu bahasa?”
Tenang, ternyata baru Manda pahami, perubahan ini memang normal, tapi tetap ada cara untuk membantu mengembalikan mood mereka tanpa membuat hubungan jadi renggang.
Kenali Penyebab Mood Berubah
Sebelum mencari solusi, penting untuk mengenali penyebabnya. Di usia pra remaja, tubuh anak sedang mengalami banyak perubahan hormonal. Selain itu, ada faktor psikologis seperti tekanan dari sekolah, pertemanan, atau bahkan hal kecil seperti komentar teman yang kurang enak didengar. Kadang mereka sendiri tidak tahu kenapa mood bisa turun. Di sinilah kita perlu hadir bukan sebagai hakim yang menghakimi, tapi sebagai pelindung yang mau memahami.
1. Beri Ruang, Jangan Langsung Menginterogasi
Naluri kita biasanya ingin langsung bertanya, “Ada apa? Kenapa murung?” Tapi sering kali, pertanyaan yang terlalu cepat justru membuat anak merasa terpojok. Cobalah beri ruang dulu. Biarkan dia menenangkan diri. Kalau dia sedang di kamar, biarkan beberapa saat sebelum kita masuk. Kita bisa menunggu momen yang lebih santai, misalnya saat makan malam atau sedang menonton TV bersama.
2. Ajak Bicara Lewat Aktivitas Ringan
Anak perempuan pra remaja kadang lebih terbuka saat suasana santai. Mengajak mereka bikin kue, merangkai bunga, menggambar, atau sekadar berjalan sore bisa menjadi jembatan komunikasi. Kuncinya, jangan memaksa mereka bercerita. Biarkan mereka merasa aman dulu, nanti ceritanya akan keluar dengan sendirinya.
(Baca juga: Catatan Belajar Manda lainnya)
3. Validasi Perasaan Mereka
Walau masalahnya terdengar sepele bagi kita, bagi mereka hal itu bisa terasa besar. Misalnya, gagal mengerjakan tugas atau bertengkar dengan teman dekat. Katakan bahwa kita mengerti perasaannya. Kalimat sederhana seperti, “Manda ngerti kok kalau kamu lagi kesal,” bisa membuat mereka merasa didengar. Saat anak merasa perasaannya diakui, mereka lebih cepat pulih dari bad mood.
4. Gunakan Humor Ringan
Humor punya kekuatan luar biasa untuk mencairkan suasana. Tidak perlu memaksa mereka tertawa terbahak-bahak, cukup selipkan lelucon ringan atau tingkah lucu yang bikin mereka tersenyum. Kadang satu senyuman kecil bisa membuka jalan untuk obrolan yang lebih dalam. Pastikan humornya tidak menertawakan masalah mereka, ya.
5. Beri Sentuhan Fisik yang Menenangkan
Anak perempuan pra remaja mungkin mulai terlihat mandiri, tapi pelukan hangat tetap bisa membuat mereka merasa aman. Sentuhan di bahu, usapan di kepala, atau genggaman tangan saat mereka sedang diam bisa memberi sinyal bahwa kita ada di sisinya. Sentuhan fisik ini sederhana, tapi bisa menjadi pengingat bahwa mereka dicintai tanpa syarat.
6. Jauhkan dari Pemicu Negatif Sementara
Kalau kita tahu apa yang membuat mood mereka turun, coba singkirkan dulu dari situasi itu. Misalnya, kalau mereka kesal karena tugas sekolah yang menumpuk, ajak mereka istirahat sebentar. Kalau mereka jengkel karena komentar di media sosial, ajak mereka melakukan aktivitas tanpa gawai untuk sementara waktu. Mengalihkan fokus memberi kesempatan mood mereka pulih.
(Baca juga: Tanda-Tanda Anak Mengalami Stres dan Cara Mengatasinya)
7. Libatkan Mereka dalam Pengambilan Keputusan Kecil
Kadang anak pra remaja kesal karena merasa tidak punya kendali atas hidupnya. Memberi kesempatan untuk mengambil keputusan kecil bisa membuat mereka merasa dihargai. Misalnya, “Hari ini mau makan malam apa?” atau “Besok kita mau jalan sore ke taman atau ke minimarket?” Hal-hal kecil seperti ini memberi sinyal bahwa pendapat mereka penting.
8. Dengarkan Tanpa Memberi Ceramah
Saat mereka sudah mau bercerita, kita harus menahan diri untuk tidak langsung memberi nasihat panjang. Kadang yang mereka butuhkan hanya telinga yang mau mendengar. Kita bisa memberi tanggapan singkat seperti, “Oh begitu… terus gimana rasanya?” daripada langsung berkata, “Makanya kamu jangan…” Nasihat tetap bisa diberikan, tapi tunggu sampai mereka siap menerimanya.
(Baca juga: Tips Membangun Komunikasi Positif dengan Balita)
9. Gunakan Bahasa Tubuh yang Ramah
Saat mengajak bicara, duduklah sejajar dengan mereka, jangan berdiri sambil melipat tangan. Pandangan mata yang lembut dan ekspresi wajah yang hangat akan membuat mereka merasa nyaman. Bahasa tubuh yang ramah membantu membangun rasa aman, sehingga mereka lebih mudah membuka hati.
10. Rayakan Hal-Hal Kecil
Kalau mood mereka mulai membaik, rayakan momen itu. Tidak perlu pesta besar, cukup bilang, “Senang deh lihat kamu tersenyum lagi.” Pujian kecil akan membuat mereka merasa dihargai, sekaligus memperkuat hubungan positif antara kita dan anak.
Selain itu kita bisa jadikan travelling sebagai reward bila anak melakukan hal baik. Banyak sekali destinasi wisata yang bisa kita kunjungi di bumi pertiwi ini. Salah satunya berbagai destinasi wisata yang sudah disusun rapi oleh Travel Blogger Medan.
(Baca juga: Kesehatan Mental Lifestyle Ibu Millennial)
Kapan Harus Khawatir pada Sikap Anak Pra Remaja
Perubahan mood pada anak pra remaja memang wajar, tapi ada beberapa tanda yang perlu membuat kita lebih waspada. Ini penting supaya kita bisa memberikan bantuan tepat waktu sebelum masalahnya semakin berat.
- Mood Buruk yang Terus-Menerus. Kalau anak terlihat murung, mudah marah, atau kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya dia sukai selama lebih dari dua minggu, ini bisa jadi sinyal bahwa ada hal serius yang mengganggu pikirannya.
- Menarik Diri dari Keluarga dan Teman. Sedikit waktu menyendiri itu normal, tapi kalau mereka hampir selalu menghindari interaksi, menolak diajak ngobrol, atau menghindar dari teman dekatnya, ini perlu diperhatikan.
- Perubahan Pola Makan dan Tidur yang Ekstrem. Makan terlalu sedikit atau terlalu banyak, tidur berlebihan atau justru sulit tidur, bisa jadi gejala stres atau kecemasan yang sedang mereka alami.
- Penurunan Prestasi atau Motivasi Belajar. Kalau anak tiba-tiba kehilangan semangat untuk belajar, nilainya menurun drastis, atau enggan mengerjakan tugas sekolah, mungkin ada tekanan emosional atau masalah di lingkungannya.
- Ucapan atau Perilaku yang Mengarah ke Keputusasaan. Kalimat seperti “Aku nggak bisa apa-apa” atau “Mending nggak usah ada” harus langsung direspons serius. Jangan dianggap sekadar drama, karena bisa menjadi tanda depresi atau rasa putus asa yang mendalam.
- Perubahan Ekstrem pada Penampilan atau Kebiasaan. Misalnya, tiba-tiba sangat cuek pada kebersihan diri, atau sebaliknya, terlalu berlebihan hingga terobsesi. Ini bisa menjadi sinyal bahwa mereka sedang berusaha mengontrol hal lain di hidupnya yang terasa kacau.
Jika tanda-tanda ini muncul, langkah terbaik adalah berbicara dengan anak secara tenang, lalu mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan guru BK di sekolah atau tenaga profesional seperti psikolog anak. Lebih baik menangani sejak awal daripada menunggu hingga masalah menjadi lebih rumit.
Mood Naik Turun Itu Normal
Naik turunnya mood anak pra remaja adalah bagian dari proses tumbuh dewasa. Tugas kita bukan membuat mereka selalu bahagia, tapi menemani mereka melewati setiap fase emosinya dengan penuh kasih. Dengan kesabaran, empati, dan komunikasi yang baik, kita bisa menjadi sosok yang mereka percaya saat hatinya sedang bergejolak.
Yang terpenting, bukan seberapa cepat kita mengembalikan mood mereka, tapi seberapa kuat kita menjaga hubungan agar tetap hangat dan penuh cinta. Dan yang pasti kita perlu selalu sadar untuk mengatur nafas dan sadar untuk berusaha tenang. Semua emosi itu menular, jadi bila anak terlihat meledak-ledak, coba kita interospeksi diri dulu, apa kita juga begitu?
Tips yang sangat aplikatif buat kembaliin mood remaja nih mba. Memang menghadapi anak remaja perempuan nggak semudah yang di bayangkan, tapi berasa realistis dan ngena sih tips yang diberikan.
ReplyDeleteTetap memahami dan merangkul anak remaja perempuan dengan cara soft, sehingga ia mau terbuka dan beberapa indikasi yang mba sebutkan patut di waspadai saat mood berantakannya berlanjut atau terus-menerus. Noted, emang mesti ekstra memperhatikan anak remaja perempuan supaya bonding tetap terjaga & ia dalam zona aman di bawah pengawasan orangtua.
Padahal kita pun pernah muda, tapi ketika menghadapi generasi yang berikutnya, lupa bahwa once we were in their shoes. But being older and especially being parents, kita maunya cepet menanggapi apa yang membuat mereka mendadak menjadi pemurung dan menjauh. Thank you banget buat daftar perubahan sikap yang ekstrim yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Apalagi kl sudah ngomongnya: mending gak usah ada, wah... sincerely hope never have to hear that.
ReplyDeleteTidak hanya anak perempuan, anak cowok juga begitu. Harus orang tua memang menempatkan diri sebagai teman. Bagaimana mereka bisa berbicara dan bercerita dengan terbuka. Apalagi sekarang masalah mereka nyangkut juga dengan urusan mulai naksir-naksiran dengan cowok. Terus kalia anak perempuan ini (maaf) kan mengalami masa datang bukan juga yang bisa membuat mood tidak bagus. Jadi perlu waktu dan sikon yang pas untuk berbicara
ReplyDeletePas banget nih anakku begitu
ReplyDeleteJelang remaja sepertinya aku diajari untuk lebih banyak sabar
Makanya punya anak tiga dan baru satu yang akan menginjak remaja yaa kudu ekstra sabar banget
Soalnya emosi harus stabil yang seketika bisa berubah posisi dan waktu sehingga bener bener butuh adaptasi
Wah makasih tulisannya mbak jadi reminder buat aku yang punya anak gadis otw remaja yang mood swing. Kadang aku suka kelepasan nyeramahin juga nih kalau dah sama2 capek haha :p
ReplyDeleteTapi biasanya pas baikan lagi anaknya bisa dikasi tahu, ya walau kadang diulangi lagi =))
Emang tugas ortu seumur hidup keknya, kalau anaknya belok, ortu mengarahkan.
Tapi emang anak zaman sekarang tu walau masih usia SD tapi udah pinter berargumen, ortu pun kyknya kudu menyesuaikan selalu ya.
Biasanya paling enak tu ngajak anak ngobrol pas lagi berkendara atau naik transportasi umum atau pas lagi makan di resto gitu. Walaupun kadang cuma di-iya2-in doank =))
jadi keinget sama diriku waktu masih sekolah dulu, sepertinya bisa dibilang agak agak labil. Kadang tegas, tapi kadang juga enggak. Alias semuanya tergantung mood
ReplyDeletebalik lagi ke pola pengasuhan keluarga ya mbak, kadang ada orangtua yang cuek, sehingga anak malah jadi semena-mena dalam mengatasi moodnya.
jadi pelajaran buat aku juga nih, kalau mengatasi keponakan cewek yang moody
Iya anak-anak remaja memang sering banget tergantung mood ya apalagi pagi hari duh kalau gitu aku berusaha membujuk mereka biar nggak keterusan bad mood sampai sore.. emak juga harus lebih sabar dan ngga gampang emosi hihi..
ReplyDeletePra remaja aja udah sering moody yah
ReplyDeleteApalagi pas remaja. Sumpah, menguji kesabaran jiwa raga
Yg susah itu tidak Menceramahi 🤣
Beneran kok mood anak gadis ini naik turun kadang saya pun ikut terbawa, gemes banget.
ReplyDeleteTpi tetap harus bisa mengikuti nanti kalau dia ngambek ga mau cerita sama saya malah lebih fatal. Kan
Ibu tetap harus jadi tempat yang nyaman untuk dia bercerita, supaya dia ga memilih tempat lain untuk cerita
karena anak gadis sejatinya adalah emaknya dalam bentuk sachet, hahahaha. Ini anakku baru toddler aja udah keliatan kok 'benih-benihnya', sering marah-marah dan tiba-tiba gamau dideketin sama sekali. Begitulah, kita sebagai orang tua emang mesti pintar-pintar nyari celahnya ya.
ReplyDeleteNgadepin remaja ini ya allah, bikin lapeeerrr... butuh energi banyak, makanan yang banyak....belum lagi ngatur mood emaknya juga. Jangan sampe berhadapan sama anak pas lagi mood jelek, sing waras waras, emak-emaaakk...
ReplyDeleteRemaja tuh usia labil-labilnya anak, terus juga masa dimana mereka tuh ingin membuktikan bahwa dirinya udah gede. Lha, banyak juga orang tua yang nggak sadar kadang anak-anak usia segitu butuh ruang kendali.
ReplyDeleteTapi meski butuh ruang kendali untuk dirinya, ya paham juga sih orang tua pasti overthinking juga kalau² anaknya jadi salah jalan atau kenapa². Nah, dan kayak tipsnya mbak Alienda, komunikasi baik dengan mendengar tanpa menghakimi, mengelus kepala atau sederhananya bilang 'anak ibuk keren' itu udah bikin anak melting. ❤️❤️❤️
Setuju sekali kalau mencari akar persoalan cara utama sebagai langkah awal penyelesaiannya.
ReplyDeleteSemakin paham akar semakin mudah menemukan jawabannya.
Pra-remaja memang fase paling butuh perhatian khusus dalam perkembangan pertumbuhan anak-anak, karena memang disaat tubuhnya sedang berkembang dan emosi sedang dibentuk, dihadapkan dengan banyak peristiwa dan mereka perlu memilih. Fase anak-anak peran orang tua sangat kuat dalam pilihan tetapi pra remaja, mereka sudah melihat kehidupan dan kesadaran dengan banyak hal mulai terasa.
Aku super setuju dengan dengan semua yang ditulis dalam artikel ini, bagaimana cara mengembalikan mood anak pra apalagi khususnya perempuan. Berulang menghadapi mendapat cerita dari klien tentang anaknya, aku arahkan hal-hal yang tertulis.
Semoga tulisan ini banyak bertemu dengan para orang tua, dan bisa jadi membantu menghadapi anak pra remaja.
Ini tips nya bermanfaat banget buat aku karena ponakanku juga sedang memasuki usia pra remaja..mau memperlakukan kayak anak kecil toh dia bukan anak kecil lagi dan dia sepertinya juga ga mau klo diperlakukan seperti anak kecil mau diperlakukan seperti dewasa tapi dia belum dewasa..jadi kadang bingung buat menghadapinya..jadi yg baik kita bisa memposisikan sebagai teman gt yaa bikin dia nyaman dulu nanti dengan sendiri nya cerita2 akan mengalir dari bibirnya :)
ReplyDeleteKdg melihat anak wedok ku, kayak ngaca diri sendiri. Krn aku pun moody an mba. Semenit yg lalu bisa ketawa2, lalu berikutnya bad mood.
ReplyDeleteMakanya kalo melihat si kakak bad mood, aku terapin cara yg aku pakai. Biarin aja dulu. Sampai dia sendiri baikan. Biasa nya kalo udah begitu, baru bisa ditanya2. Kalo ga, tetep kayak tiram, ga bakal kebuka mulutnya ðŸ¤.
Makanya penting menjalin komunikasi yg baik dengan anak. Supaya di saat mereka ada masalah, bisa terbuka
Huaah, aku kadang sempet sebel dengan mukanya yang kalau ditanya jutek, padahal ngomong sama orangtua, huhu. Tapi ya mesti disabar-sabarin, karena setelah ngobrol lagi, duduk bareng lagi, anaknya ya tetep asik dan masih bisa terbuka.
ReplyDeleteApalagi kalau dia lagi PMS, ya bisa-bisa kami sampai "berantem" juga. Beberapa hari lalu nih, ditanya baik-baik sama aku, jawabnya malah ngegas dan gak terima, lah salah aku apa, wkwkwk. Ternyata akunya lagi ngantuk, dianya lagi PMS, dahlah kelar. Untung ada papanya yang bisa menengahi, aku langsung diminta ke kamar dan tidur, ahahaha.
Jadi orangtua tuh memang gak akan ada "selesai"nya sih ya, tantangannya bakal ada aja di setiap fase.
Iyaya, pra remaja untuk perempuan lagi sesuatu banget. Apalagi itu bagian dari momennya mereka menstruasi misalnya, deuuh kebayang dah PMS nya bakal kayak apa. Sisi hormonalnya bakal mempengaruhi mood yang ada. Peran keluarga perlu mendukung dan peka terhadap hal itu ya, sehingga pra-remaja ini bisa lebih teratur mengelola emosinya
ReplyDeleteCakeepp bangettt tipsnyaa, Mandaa..
ReplyDeleteJadi orangtua yang bisa dipercaya dan menyenangkan bagi anak itu memang gak dibangun dalam semalam yaa.. butuh perjalanan panjang dan semoga ini juga yang menjadi bekal karakter mereka agar lebih percaya diri, tangguh dan akhlakul karimah.
Pastinyaa.. baik anak perempuan pra-remaja dan kita sendiri juga sama-sama berproses dalam menjadi orangtua yang disenangi anak.
saya gak punya anak remaja perempuan, tapi punya anak laki-laki remaja juga
ReplyDeleteteorinya sama aja sih ya. mendekati anak itu perlu trik dan tips
insyaallah dengan menerapkan semua point di atas kita bisa jadi bestie bareng anak
Deg-degan menyambut masa pra remaja dan remaja ini. Katanya cukup menguras emosi juga ya. Walaupun anakku cowok semua, tapi kayanya tips di atas beberapa juga bisa diterapkan.
ReplyDeleteSemoga kita bisa melewati masa-masa ini dengan selamat hehehehe
kalo ada ortu yg sambat, masa bayi tuh bikin stres, aku auto pengin puk-puk, sambil bilang, "Sabaaarrrr, itu mah nggak ada apa-apanyaaa, dibandingkan ketika anakmu (pre) teens, wwkwkkwkw"
ReplyDeleteKarena ya memang remaja itu unik, complicated, dan beneran bikin stok sabar ortu kudu sering2 di-top up.
Semangaatttt buat para orang tua, insyaAllah pahala jariyah kita di sanaaaa
Untuk aku yang gak begitu dekat dengan orang tua >.< dan gak bisa menjadikan mereka sebagai tempat curhat, ya sempat juga mengalami gejolak-gejolak hormonal dan emosi serta swing mood saat itu. Walaupun di tulisan ini spesifik bahas mood pada anak perempuan, tapi tipsnya sebetulnya juga relevan dengan anak laki-laki.
ReplyDeleteKomunikasi tuh penting banget. Orang tua butuh berbesar hati untuk menerima curhatan anak, semengagetkan apa pun itu haha. Soalnya jadi pijakan penting agar anak kalau ada masalah ya curhatnya ke mereka, bukan orang lain yang belum tentu dapat kasih solusi yang tepat.
Oh ya, walau dulu gak biasa curhat sama ortu, aku beruntungnya mereka memfasilitasi dengan beragam bacaan. Dari komik hingga novel. Gak ada ceritanya aku dilarang baca majalah/komik bahkan kayak beberapa teman tuh koleksi komik/novel mereka dibakar karena dianggap gak guna. Sebab... aku banyak belajar dari kisah-kisah fiksi yang aku baca. Terutama saat-saat melewati masa remaja yang penuh gejolak itu.
Baca ini jadi keinget banget sama fase anak-anak yang memang penuh dinamika 😅 Aku paling relate sama poin soal memberi ruang dan tidak buru-buru interogasi, karena kadang kitanya pengin tahu cepat tapi malah bikin anak makin menjauh. Soal validasi perasaan menurutku itu kunci banget supaya mereka merasa aman untuk terbuka. Setuju kalau emosi orang tua menular, kalau kita bisa jaga diri anak juga lebih mudah tenang.
ReplyDelete