Hai hai TemaNda!

Setiap kali media sosial sedang sepi, biasanya ada satu topik yang langsung bikin semua orang “bangun” dan ramai lagi, yaitu isu perceraian artis. Entah siapa yang memulai, entah dari mana bocornya, tapi begitu muncul, langsung beredar cepat. Ada video-video clue, komentar dari akun anonim, pembacaan kode lipstik atau caption yang ditafsirkan sendiri, sampai thread panjang yang berisi asumsi orang-orang.

Sebagai ibu, sebagai perempuan, sebagai kita yang hidupnya sudah cukup padat dengan urusan rumah tangga, pekerjaan, dan menghadapi anak praremaja yang emosinya naik turun seperti roller coaster, kadang kita ikut terbawa suasana. Bukan karena ingin kepo, tapi karena media sosial memang dirancang untuk menarik perhatian kita.

Namun akhir-akhir ini, Manda belajar satu hal yang ternyata sangat membantu, filsafat stoik. Bukan dalam bentuk yang rumit atau filosofis banget, tapi dalam keseharian sederhana yang membuat kita bisa tetap tenang di tengah riuh gosip.

Artikel ini adalah hasil belajar kita sebagai perempuan yang juga sedang kewalahan di fase hidup masing-masing. Yuk, kita bahas pelan-pelan bagaimana stoik membantu kita menghadapi derasnya isu perceraian artis dengan lebih bijak, lebih tenang, dan lebih bertanggung jawab pada kesehatan mental kita sendiri.

Cara Bersikap Stoik Saat Media Sosial Ramai


1. Stoik Mengingatkan Tidak Semua Harus Kita Masukkan ke Dalam Kepala

Salah satu prinsip stoik yang paling sederhana tapi paling menampar adalah:

“Kita tidak harus punya opini tentang semua hal.”

Kedengarannya enteng, tapi nyatanya sulit. Ketika timeline penuh drama perceraian artis, pikiran kita jadi terusik. Kita membaca, menganalisis, bahkan ikut berkomentar di grup WhatsApp. Padahal, isi rumah tangga mereka bukan tanggung jawab kita. Kebahagiaan atau perpisahan mereka tidak mengubah hidup kita.

Stoik membantu kita menahan diri dan berkata:

“Aku boleh tahu, tapi tidak harus ikut terlibat secara emosional.”

Kita punya batas energi. Kalau habis dipakai untuk drama yang bukan milik kita, bagaimana kita mau menghadapi drama yang benar-benar terjadi dalam hidup kita sendiri? Setelah nonton berita IR, jangan lupa drama MPASI masih tetap harus dihadapi.

2. Fokus Pada Apa yang Bisa Kita Kendalikan

Stoik punya konsep kuat:

Dikotomi kendali  mana yang bisa kita kendalikan, dan mana yang tidak.

Isu perceraian artis termasuk yang tidak bisa kita kendalikan. Mereka sudah mengambil keputusan sendiri berdasarkan dinamika yang tidak kita ketahui.

Yang bisa kita kendalikan adalah:

  • Bagaimana kita bereaksi,
  • Bagaimana kita menjaga pikiran tetap jernih,
  • Bagaimana kita memilih konten yang kita konsumsi,
  • Bagaimana kita menjaga kesehatan mental kita.

Kita bisa memilih untuk tidak terpancing komentar pedas. Kita bisa memilih untuk tidak ikut menyebar gosip. Kita bisa memilih untuk tidak menambahi spekulasi tanpa fakta.

Dan kemampuan memilih itu adalah kekuatan.

3. Stoik Mengajak Kita Menahan Diri dari “Menghakimi”

Marah-marah atau menghakimi artis yang bercerai itu mudah. Tapi mudah bukan berarti benar.

Dalam stoik, ada prinsip “Suspend judgment.”

Tahan dulu penilaianmu sampai kamu benar-benar tahu faktanya dan dalam kasus publik, kamu hampir tidak pernah tahu semuanya.

Perceraian bukan keputusan instan. Di baliknya ada:

  • Luka,
  • Komunikasi yang gagal,
  • Tekanan karier,
  • Perbedaan visi hidup,
  • atau hal-hal yang tidak akan pernah dipublikasikan.

Jadi ketika kita melihat ribuan komentar yang menyalahkan satu pihak, kita bisa mengambil langkah mundur dan berkata:

“Aku tidak tahu seluruh ceritanya, jadi aku tidak perlu menilai siapa pun.”

Ini bukan soal membela siapa, tapi soal menjaga batin agar tidak ikut keruh.

4. Menyaring Emosi yang Masuk. Kita Boleh Simpati, Tapi Tidak Harus Tenggelam

Kita manusia, wajar kalau punya empati. Melihat pasangan yang kita pikir “ideal” ternyata berpisah bisa menimbulkan rasa sedih. Tapi stoik mengajarkan bahwa kita harus selektif dalam menyerap emosi.

Emosi mereka bukan milik kita. Luka mereka bukan luka kita. Perpisahan mereka bukan tanggung jawab kita.

Kita bisa berkata pada diri sendiri:

“Aku memahami, tapi aku tidak harus membawa ini pulang ke hatiku.”

Karena hidup kita sendiri sudah penuh hal-hal yang perlu kita rawat:

  • Anak-anak yang sedang belajar mengatur emosi,
  • Pasangan yang butuh teman bicara,
  • Tubuh kita yang perlu istirahat,
  • Pikiran kita yang butuh ruang kosong,
  • Pekerjaan rumah yang tidak ada selesai-selesainya.

Dengan menyaring emosi, kita menjaga agar pikiran tidak penuh drama yang bukan milik kita. Kita memilih damai daripada kelelahan.

5. Menjadikan Drama Publik Sebagai Cermin, Bukan Konsumsi Harian

Stoik selalu mengajak kita untuk bertanya:

“Apa hikmah yang bisa aku ambil dari suatu kejadian?”

Daripada menjadikan perceraian artis sebagai hiburan, kita bisa menjadikannya bahan refleksi:

  • Apakah kita sudah berkomunikasi baik dengan pasangan?
  • Apakah kita pernah menyimpan perasaan yang harusnya disampaikan?
  • Apakah kita terlalu sibuk sampai lupa memelihara relasi?
  • Apakah kita perlu memperbaiki manajemen stres?

Isu publik bisa menjadi bahan renungan, bukan bahan ghibah. Tapi ya caranya jangan nuduh-nuduh lho ya. Ngobrol aja baik-baik. Walau memang sesekali cara darderdor lebih memacu adrenalin yekaan.

Ketika kita menjadikannya cermin, bukan tontonan, hidup kita terasa lebih bermakna.

6. Stoik Mengajarkan Tanggung Jawab dalam Konsumsi Informasi

Di era digital, kemampuan memilih apa yang kita konsumsi adalah bentuk kesehatan mental.

Kita bisa mulai dari hal-hal kecil:

  • Tidak mengikuti akun gosip yang toxic,
  • Tidak scroll terlalu lama,
  • Tidak membaca komentar yang tidak bermanfaat,
  • Tidak mencari-cari bukti atau clue abu-abu yang belum jelas.

Stoik mengajarkan bahwa pikiran adalah seperti rumah. Kalau kita biarkan semua orang masuk, rumah itu bisa rusak.

Jadi kita pilih siapa yang boleh masuk. Kita pilih informasi mana yang layak tinggal di kepala.

7. Pada Akhirnya, Stoik Mengajak Kita untuk Damai Dengan Ketidaktahuan

Kita tidak akan pernah tahu alasan sebenarnya artis itu bercerai.

Kita tidak akan pernah tahu percakapan yang terjadi di ruang tamu mereka.

Kita tidak akan pernah tahu air mata yang mereka tahan.

Dan itu tidak apa-apa.

Stoik mengajak kita menerima bahwa ada hal yang memang tidak perlu kita ketahui. Tidak semua cerita harus kita pahami, tidak semua kehidupan harus kita bedah.

Menyadari batas itu adalah bentuk kedewasaan.

Penutup

Kita Boleh Mengikuti Berita, Tapi Jangan Menggadaikan Kedamaian.

Setiap isu perceraian artis hanyalah potret kecil dari kehidupan publik yang tidak pernah benar-benar kita pahami. Kita boleh membaca, boleh mengikuti update, boleh merasa simpati. Tapi jangan sampai batin kita ikut melelah. Kalau terlalu khawatir, kita bisa mulai lebih banyak belajar. Misalnya belajar tips pernikahan bahagia agar kelak rumah tangga harmonis dan bebas dari rasa khawatir yang berlebih. Saat kita lebih tenang, kita akan bisa lebih fokus pada diri sendiri tanpa peduli apa yang terjadi yang ada di luar.

Stoik mengajarkan satu hal besar:

  • Tenang bukan berarti tidak peduli.
  • Tenang berarti tahu mana yang perlu kita masukkan ke hati, dan mana yang cukup kita biarkan lewat.

Di usia kita sekarang, dengan segala dinamika keluarga, tuntutan emosi, dan keinginan untuk tetap waras, sikap stoik membantu kita melewati hari-hari dengan lebih ringan.

Kita belajar memilah.

Kita belajar menahan diri.

Kita belajar menjaga kedamaian.

Dan itu sudah lebih dari cukup.

Apa TemaNda termasuk yang mudah overthinking setiap baca berita artis? Atau yang sudah stoik dan memilih fokus pada rumah masing-masing? Kuy, komen dan ngobrol bareng!

SHARE 4 comments

Add your comment

  1. Aku pernah sempet baca buku tentang stoik ini tapi lupaa apa ya judulnya hehe...
    Tapi bener banget mbaa di usia yang sekarang tampaknya kita sudah tidak perlu lagi tambahan2 drama dalam hidup karena hidup kita aja sudah banyak up an down nyaa jadi lebih baik habiskan energi buat mengurus kehidupan kita,,,
    Aku sendiri sptnya lagi di fase buat membatasi sosmed meskipun godaan itu pasti akan ada aja tinggal bagaimana kita bisa lebh teguh lagi :)

    ReplyDelete
  2. isu perceraian artis yang banyak banget tahun ini memang cukup membuat resah dan bagi mereka yang belum menikah juga bisa jadi hal yang membuat mereka takut menikah yaa. aku jadi penasaran nih sama prinsip hidup stoik ini

    ReplyDelete
  3. Bagus banget yaa, Manchiin..
    Jadi tersadar ketika kita sudah terlalu banyak tau, itu bikin jiwa kita tidak sehat. Rasanya semakin ingin judging dan kadang jadi lupa diri bahwa kita ini hanya "penonton".
    Pelaku sebenernya mereka dan kalau berdasarkan salah satu POV aja, kita pasti bisa salah dalam menilai seseorang.

    Memang yang paling bener tuh.. "Kita gak tau apa-apa".
    Kalau pun tau, yaaa ytta aja deeh..

    Bener banget iih.. kita gak pernah tau sama air mata yang mereka tahan dan proses panjang apa yang terjadi hingga akhirnya terjadi hal yang demikian.
    Memang yaa.. manusia ituu tempatnya khilaf dan alpha.

    Semoga Allah mudahkan hati kita untuk berdamai dengan segala keadaan dan menempatkan segala sesuatunya pada tempatnya.

    ReplyDelete
  4. Setuju banget, diantara keriuhan banjir informasi saat ini dan bikin kita lelah mental memang harus membatas diri dari informasi, memilah apa yang perlu kita baca demi ketentraman hidup.. makanya banyak yang puasa medsos pas bwncana ini terlalu melelahkan lihat sepak terjang pemerintah..

    ReplyDelete

© Alienda Sophia · THEME BY WATDESIGNEXPRESS